Gitar, Sore, dan Kudapan

Persahabatan yang Tetap Mengalun

Namanya ID3.
Bukan singkatan data komputer.
Tapi akronim sederhana dari tiga nama: aku, Izi, dan Elvan.

Kami bukan band besar.
Cuma tiga orang yang terlalu rindu suasana tongkrongan tahun 2000-an.
Terlalu banyak kenangan yang menggantung di langit sore
waktu gitar cuma butuh tiga kunci, dan lirik lagu bisa dihafal tanpa Google.

ID3 lahir dari niat kecil tapi tulus:
main musik bareng lagi,
bukan buat panggung besar,
tapi buat menenangkan kepala—dan mungkin sedikit, menghibur hati.

Lagunya?
Ya itu-itu aja.
Dari Sheila on 7, Padi, sampai lagu-lagu yang dulu kita dengar waktu belum kenal cicilan.

Suara kami mungkin biasa, tapi kebersamaan kami… itu yang bikin nada jadi hidup.

Kadang sore diisi dengan aransemen ulang,
kadang cuma duduk diam sambil nyeruput kopi dan nanya,
“Masih inget nggak lagu ini?”

Dan tiba-tiba satu lagu dibuka,
dua suara ikut masuk,
dan dunia sejenak lupa bahwa umur sudah lewat kepala tiga.

Kami bukan sedang mengejar mimpi yang tertunda,
kami cuma sedang mengeja kembali masa muda.
Di senar gitar, dan di suara yang serak karena tertawa.

ID3 bukan proyek ambisius.
Tapi mungkin, justru itu kekuatannya.
Karena di tengah hidup yang sibuk dan serius,
kami cuma ingin satu hal:
bermusik tanpa tekanan, dan bersahabat tanpa syarat.