Newsletter
Newsletter

Adab dan Disiplin Shalat Berjamaah

Scroll down
Akhmad Khudri, M.Kom
Akhmad Khudri, M.Kom
I`m
  • Residence:
    Palembang
  • Level of Study:
    Doctoral
  • Research Interest:
    Blockchain

Ketika Tak Ada yang Maju

 

Ada momen yang terus terulang di banyak masjid. Waktu shalat sudah masuk. Azan sudah dikumandangkan. Tapi imam belum datang. Jamaah berdatangan, satu demi satu, memenuhi ruang masjid. Namun ketika iqamah dikumandangkan—semua diam. Menunggu. Saling menoleh.

 

Tak satu pun melangkah ke depan.

 

Tak ada yang mau maju menjadi imam.

 

Entah karena rasa tidak layak, atau karena sekadar ingin “ikut saja” di belakang. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda, “Yang paling baik bacaannya di antara kalian, dialah yang berhak mengimami.” Tapi bukan berarti harus sempurna seperti qari internasional. Kadang cukup lancar, niat tulus, dan sedikit keberanian.

 

Sikap pasif ini—diam, menunggu orang lain bergerak duluan—bukan hanya soal shalat. Ia adalah cerminan sikap kita dalam hidup. Terbiasa menunggu. Takut tampil. Enggan memikul tanggung jawab. Seolah tak ada ruang untuk maju, padahal justru saat itulah panggilan itu datang: ketika tak ada yang berdiri, maka berdirilah.

 

Ada pula pemandangan lain yang sering membuat batin ini lirih. Shaf shalat masih bolong. Tapi beberapa orang lebih memilih berdiri dekat dinding, dekat kipas angin, atau di sudut paling nyaman. Padahal Nabi ﷺ mengajarkan: “Luruskan dan rapatkan shaf kalian, karena kelurusan shaf adalah bagian dari kesempurnaan shalat.”

 

Kita lupa, bahwa berdiri dalam shaf itu bukan sekadar urusan baris. Itu simbol kebersamaan, ketundukan, dan ketertiban. Tapi sering kali yang kita kejar justru kenyamanan, bukan kedisiplinan.


 

Dari dua hal ini saja, kita belajar sesuatu yang lebih besar:

Bahwa umat ini akan terus stagnan jika tak ada yang berani melangkah. Jika semua menunggu orang lain yang bergerak lebih dulu. Jika kita lebih peduli pada posisi nyaman daripada barisan yang rapi.

 

Dan masjid adalah miniatur dunia kita. Di sanalah kita diuji: apakah siap menjadi pemimpin ketika dibutuhkan? Apakah rela mengalahkan ego demi keteraturan? Apakah kita masih peduli bahwa di balik setiap saf yang rapi, ada cinta kepada sunnah yang sedang dijaga?

 

Jadi, jika suatu hari engkau berada di masjid dan tak ada yang maju ke depan…

 

Maka mungkin, itu panggilan untukmu.

© 2025 All Rights Reserved.
www.elpeef.com
Write me a message
Write me a message

    * informasi kamu akan disematkan dalam opini yang dikirim