Newsletter
Newsletter

Hidup Buat Antri

Scroll down
Akhmad Khudri, M.Kom
Akhmad Khudri, M.Kom
I`m
  • Residence:
    Palembang
  • Level of Study:
    Doctoral
  • Research Interest:
    Blockchain

BBM, Jalanan, dan Kita yang Mengular

 

Pagi tadi, seperti biasa lewat di depan SPBU. Tapi yang luar biasa, antriannya makin panjang. Motor, mobil, bahkan truk-truk besar menunggu giliran. Beberapa pengemudi tampak lelah, ada yang turun sekadar meluruskan punggung. Seolah-olah antre BBM kini jadi rutinitas harian yang “dianggap biasa”.

 

Tapi… kenapa bisa begini?

 

Apakah karena jumlah kendaraan sudah kelewat banyak? Bisa jadi. Tapi bukan itu saja. Produksi kendaraan terus berlangsung—karena memang itulah roda industri. Kalau pabrik berhenti, ekonomi bisa lesu, orang kehilangan kerja.

 

Di sisi lain, bukankah pajak progresif kendaraan dimaksudkan untuk membatasi itu semua? Faktanya, jalanan tetap padat, dan SPBU tetap mengular.

 

Tambahkan pula kebijakan baru: scan QR code sebelum isi BBM bersubsidi. Mungkin tujuannya baik—mendata, mengatur distribusi.

 

Tapi dampaknya? Setiap kendaraan butuh waktu lebih lama saat transaksi. Satu menit, dua menit. Dikalikan ratusan kendaraan tiap hari, lalu kita mulai bertanya-tanya: apakah solusi ini justru memperpanjang antrean?

 

Sementara itu, pengantaran isi ulang BBM juga kadang tak seritmis yang dibutuhkan. Di beberapa kota, antrean solar untuk truk dan bus jadi pemandangan lazim. Para sopir duduk sabar, mungkin sambil mengeluh dalam hati: “Kami ini urat nadi logistik negara, tapi sering kehabisan tenaga sebelum jalan.”

 

Masalahnya rumit. Solusinya juga tidak bisa instan.

 

Menurut pengamat energi Mamit Setiawan (Direktur Eksekutif Energy Watch), keterbatasan distribusi dan sistem pengawasan yang belum merata memang menjadi titik lemah dalam penyaluran BBM bersubsidi. Ia menyebut bahwa sistem digital seperti MyPertamina sebaiknya dipadukan dengan evaluasi lapangan agar tidak mempersulit pengguna.

 

Sementara pemerintah, lewat Kementerian ESDM dan Pertamina, menjanjikan bahwa proses digitalisasi ini akan makin disederhanakan, dan distribusi BBM akan ditambah—terutama di daerah dengan permintaan tinggi.

 

Tapi ya, kita yang di jalan tetap merasakan antreannya. Kita tetap menatap jam tangan, mendengar klakson bersahutan, dan berharap: semoga hari ini tak terlalu lama menunggu.

 

Mungkin solusinya belum sempurna. Tapi suara kita, uneg-uneg ini, setidaknya bisa jadi pengingat:

 

bahwa kebijakan bukan sekadar angka, tapi tentang manusia yang berdiri, berkeringat, dan menunggu di bawah matahari—demi bisa terus melaju.

© 2025 All Rights Reserved.
www.elpeef.com
Write me a message
Write me a message

    * informasi kamu akan disematkan dalam opini yang dikirim